Infrastruktur Jalan dan Jembatan
No.
|
Satus Jalan
|
Tahun
|
Satuan
|
|||
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
|||
1
|
Jalan Kabupaten
|
416,10
|
416,10
|
416,10
|
416,10
|
Km
|
3
|
Jalan Dalam Kota
|
14,05
|
14,05
|
18,12
|
18,12
|
Km
|
3
|
Jalan Poros Desa
|
733,00
|
733,00
|
733,00
|
733,00
|
Km
|
Jumlah
|
1.163,15
|
1.163,15
|
1.167,22
|
1.167,22
|
Km
|
|
Kondisi IPM Per Kecamatan
Suseda Kabupaten Kuningan Tahun 2007 mampu memberikan
gambaran tentang kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sampai tingkat
kecamatan meskipun dengan sampel terbatas namun setidaknya bisa memberikan
gambaran tentang capaian kualitas pembangunan manusia yang diindikasikan dengan
besaran IPM. Angka IPM Tahun 2007 menunjukan angka 70,38 naik 0,80 point
dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 69,58.
Tabel 1.
IPM Kab. Kuningan dan Komponennya Th. 2005-2007
IPM Kab. Kuningan dan Komponennya Th. 2005-2007
Komponen
IPM
|
Tahun 2005
|
Tahun 2006
|
Tahun 2007
|
AHHo
|
69,08
|
69,54
|
69,75
|
AMH
|
94,12
|
94,75
|
95,52
|
RLS
|
6,88
|
7,16
|
7,55
|
PPP/ Daya Beli
|
537,53
|
539,77
|
542,60
|
IPM
|
68,80
|
69,58
|
70,38
|
Pengeluaran Rumah Tangga
Survei yang langsung ditujukan untuk mendapatkan data pendapatan masyarakat seringkali sullt dilakukan, terutema dalam teknls wawancara. kerena itu pendapatan rumahtangga alam hal ini dldekati dengan pengeluaran rumen tangga. Tingkat kesejahteraan suatu rumahtangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau penqeluaran yang dlkeluarkan oleh rumahtangga, Peningkatan konsumsi atau penqeluaran rumahtangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan rumahtangga yang bersanqkutan.Rumah tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibandingkan dengan kebutuhan non makanan. Pada kelompok masyarakat sepertl ini terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk konsumsl makanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, maka akan terjadi pergeseran pola konsumsi pengeluaran. Lambat laun akan terjadi penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan sebaliknya terjadi peningkatan pada pengeluaran konsurnsi bukan makanan.
Pergeseran komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastlsltas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah sementara elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan akan semakin jelas pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan sebagian besar akan digunakan untuk barang bukan makanan, dttabunqkan.atau bahkan diinvestasikan.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk, dan perubahan komposisi pengeluaran dapat memberikan indikasi perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tingkat Pendidikan
Sampai saat ini pembangunan pendidlkan di Kabupaten Kuningan
relatif terus membaik. Hal Inl dltunjukkan dengan semakin meningkatnya
persentase penduduk yang melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Menurut data
Suseda tahun 2006, persentase penduduk dewasa yang rnelek huruf dl Kabupaten
Kuningan mencapai 94,75 % sedangkan hasil Suseda 2007 menunjuken adanya
perbaikan menjadi 95,52%. Begitu pula ata-rata lama sekolah, pada tehun 2006,
rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten uningan sekitar 7,16 tahun menlngkat
menjadl 7,55 tahun dl tahun 2007.
Tlngginya AMH Kabupaten Kunlngan disumbang oleh Kecamatan Kuningan dengan AMH tertinggi sebesar 99,83 % sedangkan AMH terendah dicapai oleh Kecamatan Cibingbin dengan AMH 80,24 persen, Sedangkan untuk RLS tertinggi tetap dicapai oleh Kecamatan Kuningan dengan RLS 9,59 tahun sedangkan yang terendah dicapal oleh Kecamatan Hantara dengan RLS 5,47 tahun. Jika klta cermati lebih lanjut maka sebagian besar kecarnatan¬kecarnatan denqan AMH dan RLS rendah terjadi di wllayah selatan dan timur Kabupaten Kuningan. Hal ini blsa dijaqikan landasan oleh pemerintah daerah dalarn mengalokasikan anggaran pembangunan khususnya dl sektor pendidikan.
Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Tlngginya AMH Kabupaten Kunlngan disumbang oleh Kecamatan Kuningan dengan AMH tertinggi sebesar 99,83 % sedangkan AMH terendah dicapai oleh Kecamatan Cibingbin dengan AMH 80,24 persen, Sedangkan untuk RLS tertinggi tetap dicapai oleh Kecamatan Kuningan dengan RLS 9,59 tahun sedangkan yang terendah dicapal oleh Kecamatan Hantara dengan RLS 5,47 tahun. Jika klta cermati lebih lanjut maka sebagian besar kecarnatan¬kecarnatan denqan AMH dan RLS rendah terjadi di wllayah selatan dan timur Kabupaten Kuningan. Hal ini blsa dijaqikan landasan oleh pemerintah daerah dalarn mengalokasikan anggaran pembangunan khususnya dl sektor pendidikan.
Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Tabel 1.
Persentase Tingkat Pendidikan
Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kuningan Tahun 2007
Persentase Tingkat Pendidikan
Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kuningan Tahun 2007
Derajat Kesehatan
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan tercapal bila derajat
kesehatan masyarakat meningkat. Hal ini dapat terjadi apabila mutu dan
jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat yang mereta dapat ditingkatkan serta
kesadaran dan perllaku hidup sehat di kalangan masyarakat pun dikembangkan.
Dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat maka produktifitas SDM
dlharapken akan meningkat sehingga upaya pengentasan kemlskinan akan dapat
lebih dipacu.
Hal Inl sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, yaltu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Profil Kesehatan Indonesia; 1998 : 1). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan juga antara lain untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat secara efektlf dan efisien, agar semua lapisan masyarakat memperoleh layanan «esehetan secara mudah dan murah, karena kesehatan menyentuh hamplr seluruh aspek kehidupan masyarakat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Diantaranya adalah dengan memberl penvuluhan kesehatan agar tercipta perilaku hldup sehat, menyediakan berbagal fasilitas kesehatan umum sepertl puskesmas, pos yandu, pondok bersalln desa serta mengupayakan tersedianya fasilitas air berslh. Juga program dana kesehatan untuk masyarakat miskin merupakan usaha agar pelayanan kesehatan terjangkau semua laplsan masyarakat. Dengan upaya ini diharapkan derajat kesehatan masyarakat akan meningkat. Salah satu Indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate).
Jenis keluhan kesehatan yang banyak dialami masyarakat Kabupeten Kuningan adalah pilek (9,32 0/0), batuk (8,57 0/0), panas (6,96 0/0) serta sakit kepala (1,1 0/0). Salah satu upaya penyembuhan yang dilakukan penduduk adalah dengan cara mengobati sendiri dan atau berobat
Jalan. Persentase penduduk yang mengobatl sendlrl sebesar 88,7 persen, sedangkan yang berobat jalan mencapal 49,92 persen, D/lihat darl [enls obat yang digunakan maka sebanyak 86,89 °/0 menggunakan ebat modern dan sebanvek 30,21 oersen menggunakan obat tradisional termasuk dl dalamnya Qbat yang berasal derl elem. Cykup tlnrag1nya penggunaan obat tradlslonal blsa menjadl alternatlf plllhan bagl rnasyarakat untuk merlngankan blave pengobatan yang selalu merangkak nalk,
Hal Inl sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, yaltu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Profil Kesehatan Indonesia; 1998 : 1). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan juga antara lain untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat secara efektlf dan efisien, agar semua lapisan masyarakat memperoleh layanan «esehetan secara mudah dan murah, karena kesehatan menyentuh hamplr seluruh aspek kehidupan masyarakat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Diantaranya adalah dengan memberl penvuluhan kesehatan agar tercipta perilaku hldup sehat, menyediakan berbagal fasilitas kesehatan umum sepertl puskesmas, pos yandu, pondok bersalln desa serta mengupayakan tersedianya fasilitas air berslh. Juga program dana kesehatan untuk masyarakat miskin merupakan usaha agar pelayanan kesehatan terjangkau semua laplsan masyarakat. Dengan upaya ini diharapkan derajat kesehatan masyarakat akan meningkat. Salah satu Indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate).
Jenis keluhan kesehatan yang banyak dialami masyarakat Kabupeten Kuningan adalah pilek (9,32 0/0), batuk (8,57 0/0), panas (6,96 0/0) serta sakit kepala (1,1 0/0). Salah satu upaya penyembuhan yang dilakukan penduduk adalah dengan cara mengobati sendiri dan atau berobat
Jalan. Persentase penduduk yang mengobatl sendlrl sebesar 88,7 persen, sedangkan yang berobat jalan mencapal 49,92 persen, D/lihat darl [enls obat yang digunakan maka sebanyak 86,89 °/0 menggunakan ebat modern dan sebanvek 30,21 oersen menggunakan obat tradisional termasuk dl dalamnya Qbat yang berasal derl elem. Cykup tlnrag1nya penggunaan obat tradlslonal blsa menjadl alternatlf plllhan bagl rnasyarakat untuk merlngankan blave pengobatan yang selalu merangkak nalk,
Tabel 1
Penduduk yang Sakit, Lama Balita Menyusul dan
Persentase Penolong Kelahiran Terakhir
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kuningan
Penduduk yang Sakit, Lama Balita Menyusul dan
Persentase Penolong Kelahiran Terakhir
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kuningan
Taman Purbakala Cipari
"Tempat untuk mengetahui
peninggalan nenek moyang"
"The place to know the relic of forefathers"
ODTW Taman Purbakala Cipari terletak
di Kelurahan Cipari. Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, terletak di kaki
Gunung Ciremai sebelah timur. Jarak dari kota
Kuningan ± 4,7 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 (empat).
Seni dan Budaya
Jenis Seni Budaya Tradisional
|
Lokasi |
Cingcowong,Upacara
minta hujan
|
Kecamatan Luragung
|
Sintren
|
Kecamatan Cibingbin
|
Goong Renteng
|
Kelurahan Sukamulya
|
Tari Buyung &
Seren Taun
|
Kecamatan Cigugur
|
Tayuban
|
Kecamatan Ciniru
|
Pesta Dadung
|
Kecamatan Subang
|
Gembyung Terbangan
|
|
Sandiwara Rakyat
|
|
Wayang Golek
|
|
Kuda Lumping
|
|
Reog
|
Desa Cengal
|
Calung
|
|
Tradisi Kawin Cai
|
Kecamatan Jalaksana
|
Objek Pariwisata
SEKILAS PARIWISATA KABUPATEN
KUNINGAN
Di kaki gunung Ciremai tersebut terletak Desa Linggarjati yang merupakan salah satu tempat yang bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, daerah kabupaten Kuningan terdiri atas, perbukitan, lereng, lembah dan daratan yang indah, berudara sejuk dengan temperatur 180C 320°C. Kaya akan obyek dan daya tarik wisata yang alami dan menyegarkan "NATURALLY AND FRESHLY" Serta didukung oleh kesenian daerah yang beraneka ragam "UNIQUE AND NATIVE".
Tahun 2008 sektor pariwisata menjadi andalan perekonomian daerah yang berbasiskan sumber daya alam dan budaya yang lestari dan agamis, itulah visi pariwisata kabupaten Kuningan. Maka prioritas pembangunan kepariwisataan diutamakan kepada pengembangan obyek dan daya tarik wisata, penggalian obyek wisata, sehingga Kabupaten Kuningan akan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Link Terkait
|
||
A.
|
||
B.
|
Wisata Alam
|
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5
|
||
C.
|
Wisata Budaya
|
|
1.
|
||
2.
|
||
D.
|
Wisata Hutan
|
|
1.
|
||
E.
|
Wisata Ziarah
|
|
1.
|
||
2.
|
||
Letak & Keadaan Geografis
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23' - 108° 47' Bujur Timur dan 6° 47' - 7° 12' Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45' - 7° 50' Lintang Selatan dan 105° 20' - 108° 40' Bujur Timur.Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan:
• Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
• Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
• Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
• Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa
Seni dan Budaya
Jenis Seni Budaya Tradisional
|
Lokasi |
Cingcowong,Upacara
minta hujan
|
Kecamatan Luragung
|
Sintren
|
Kecamatan Cibingbin
|
Goong Renteng
|
Kelurahan Sukamulya
|
Tari Buyung &
Seren Taun
|
Kecamatan Cigugur
|
Tayuban
|
Kecamatan Ciniru
|
Pesta Dadung
|
Kecamatan Subang
|
Gembyung Terbangan
|
|
Sandiwara Rakyat
|
|
Wayang Golek
|
|
Kuda Lumping
|
|
Reog
|
Desa Cengal
|
Calung
|
|
Tradisi Kawin Cai
|
Kecamatan Jalaksana
|
Makanana Khas
|
Keripik Gadung
|
Emping
Tangkil/Melinjo
|
Peuyeum Ketan
|
Angling
|
Wajit Subang
|
Leupeut
|
Koecang
|
Hucap (Kupat tahu
kecap)
|
Gemblong
|
Cinderamata
|
Batu Onix
|
Batu Granit
|
Suiseki
|
Bonsai
|
Cincin
|
Peti Antik
|
Calung
|
Sumber : Kningankab.go.id


