BAB I
Pendahuluan
Keberadaan
badan usaha merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
perekonomian. Perekonomian akan membaik jika kondisi badan usahanya juga
baik.
Di Indonesia terdapat 4 badan usaha yang menggerakan roda perekonomian
nasional. Keempat badan usaha tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Swasta, Badan Usaha Milik Daerah, dan Koperasi. Salah
satu jenis dari Badan Usaha Milik Swasta adalah milik perseorangan.
Perusahaan perseorangan adalah bentuk badan usaha yang pemiliknya
terdiri dari satu orang dan orang ini bertanggung jawab terhadap semua
resiko dan aktivitas usaha yang dijalankan perusahaan perseorangan
merupakan bentuk badan usaha yang paling sederhana dan paling banyak
berkembang di Indonesia. Bentuk usaha ini paling mudah dan biasanya
dipakai untuk usaha skala kecil dan menengah.
Dalam perusahaan perseorangan ini banyak juga kelebihan dan kekurangan
dari jalannya usaha. Dalam kelangsungan usaha ini pemilik bebas dalam
mengambil keputusan dan juga seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak
pemilik perusahaan. Adapun kekurangannya yaitu dalam usaha perseorangan,
kerugian ditanggung sendiri oleh pemilik dan sumber keuangan atau modal
perusahaan terbatas. Hal ini tergantung terhadap kemampuan si pemilik
perusahaan untuk memajukan perusahaan dan mempertahankan perusahaan
tersebut.
a. Latar Belakang Wawancara
Dalam
kehidupan sehari-hari Badan Usaha Milik Swasta atau lebih jelasnya
badan usaha perseorangan sangatlah penting bagi kehidupan sehari-hari.
Berbagai usaha yang menawarkan barang, makanan, ataupun jasa, yang
bahkan setiap hari kita konsumsi. Pemilik perusahaan tersebut terdiri
dari satu orang dan orang ini bertanggungjawab terhadap semua resiko dan
aktivitas usaha yang dijalankan. Perusahaan perseorangan merupakan
bentuk badan usaha yang paling sederhana dan paling banyak berkembang di
Indonesia.
b. Tujuan Wawancara
Mengetahui
aktivitas jalannya sebuah perusahaan milik swasta atau perusahaan milik
pribadi dibalik dari kesuksesan perusahaan tersebut. Dan meneliti
bagaimanakah kiat-kiat sukses dan agar kita juga dapat mengambil contoh
dari jalannya perusahaan tersebut yang mungkin ada berbagai halangan dan
rintangan dalam menjalani perusahaan, yang kadangkala ada di bawah dan
kadang ada di atas.
c. Metode Wawancara
Pada
awalnya kelompok membuat atau menulis pertanyaan untuk wawancara agar
mendapat informasi yang umum dan pasti tentang usaha yang dijalaninya
dari awal jalannya usaha, dan semua kegiatan produksi yang ada pada
perusahaan perseorangan tersebut. Yang selanjutnya mewawancarai
narasumber pengusaha yang sudah ditentukan sebelumnya. Agar wawancara
dapat berjalan sesuai rencana dan tidak menyimpang, kelompok mencari
sumber-sumber yang terpercaya.
BAB II
Kegiatan Wawancara
a. Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu, 06 November 2010
Pukul : 13.00 s.d selesai
Tempat : Kios / warung serabi Cibulan aneka rasa
Narasumber : Ibu Atik Juhati
Usaha
perseorangan yang di jalani oleh seorang ibu yang bernama lengkap ibu
Atik Juhati ini merupakan jenis usaha perseorangan, dimana seluruh modal
berasal dari sendiri, seluruh kegiatannya pun dijalankan dan merupakan
tanggung jawab sendiri. Ia sudah 4 tahun menjalani usaha ini.
b. Hasil wawancara
Usaha
yang dijalankan Ibu Atik Juhati beserta suaminya ini dilatarbelakangi
oleh suami Ibu Atik yang sudah tidak bekerja lagi, beliau mencoba
berwirausaha tapi selalu gagal, modalnya selalu habis, sehingga Ibu Atik
berniat untuk berwirausaha yaitu dengan berjualan sembako, tapi rencana
itu tak dijalankannya karena modal yang dibutuhkan harus besar selain
itu peluangnya sangat sempit karena disekitar rumahnya sudah ada yang
membangun usaha sembako. Akhirnya ia memutuskan untuk berjualan serabi.
Rencana beliau untuk berjualan serabi pada awalnya ditentang oleh sang
mertua, mertuanya berpikir apakah tidak malu dan capek berjualan serabi,
setiap hari harus berhadapan dengan tungku yang panas,Ibu Atik tetap
gigih untuk menjalankan usaha ini. Sebelum memulai usahanya ia mencoba
terlebih dahulu memberikan serabi olahannya pada tetangga rumahnya,
kemudian tetangganya memberikan respon yang positif akan serabinya.
Keesokan harinya ia mulai berjualan di pinggir jalan dekat rumahnya,
tepatnya dibawah pohon, beliau hanya menggunakan kain bekas spanduk
untuk membuat stan kecilnya.
Pembeli
pertama yang berasal dari daerah yang jauh adalah orang Pamanukan, ia
mampir saat hujan turun, kemudian orang tersebut menyarankan agar Ibu
Atik menggunakan terpal supaya tidak kehujanan selain itu mengajarkan
pula bagaimana cara membuat serabi yang baik, kebetulan pada saat itu
Ibu Atik belum cukup mahir dalam membuat serabi.
Ibu
Atik mencari ide bagaimana agar serabinya itu tidak biasa, dan akhirnya
Ibu Atik mencoba menambahkan ceres pada serabi polosnya, setiap serabi
yang baru ia coba dengan menambahkan sesuatu kedalammya ia selau meminta
tanggapan kepada tetangganya. Bukan hanya ceres yang ia tambahkan,
daging, sosis, kentang dsb.
Kemudian ia membangun sebuah kios atau warung, meskipun sederhana tapi
ia berharap agar kiosnya kelak menjadi besar. Ia memperoleh laba sebesar
Rp. 50.000-Rp.100.000 per harinya. Kiosnya di buka dari pukul 06.00
sampai datangnya maghrib.
Ibu Atik sebetulnya di tawari untuk membuka cabang di Cirebon dan Batam
tap ia menolaknya dengan alasan ia tidak bisa jauh dari keluarganya.
Dalam pengolahan serabinya ia selalu menggunakan bahan
terbaih dan unggul, ia tidak pernah menggunakan bahan murah dalam
pembuatannya.
Dalam pemasarannya ia hanya mengandalkan dari pelanggannya, maksudnya
pelanggannya yang berperan penting dalam pemasarannya, melalui
pelanggannya serabi cibulan aneka rasa dikenal banyak orang.