Pencarian Untuk Blog Ini

Home » » CATATAN, RENUNGAN DAN HARAPAN

CATATAN, RENUNGAN DAN HARAPAN




Oleh : Drs. Asep Saepullah (ditulis pada tahun 2008)
Enam puluh satu tahun sudah kita merdeka, dari belenggu penjajahan bangsa asing. Dua puluh tahun kita mempertahankan kemerdekaan, tigapuluh tiga tahun kita mengisi kemerdekaan, dan sekarang sudah menginjak 8 (delapan) tahun kita sedang berusaha memperbaiki isi kemerdekaan.
Selama 54 tahun kita dipimpin oleh orang yang ambisius, dan haus akan kekuasaan. Sehingga tidak aneh untuk mempertahankan /melestarikan ambisi kekuasaannya, apapun akan dilakukannya. Sejarah telah mencatat, bagaimana akhir dari kekuasaannya dan jatuh dalam lembah kenistaan. Yang pertama jatuh karena ketidak konsistenannya, dalam merealisasikan amanat kemerdekaan. Seperti munculnya ide NASAKOM, yang telah merobek nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 implisit di dalamnya Pancasila. Yang kedua jatuh, karena amanah dalam mengisi kemerdekaan memakai kacamata kuda. Gerbong yang dibawanya hanyalah KONGLOMERAT, sementara orang-orang melarat yang ada disekitarnya tidak terlihat. Sehingga dampak komitmenya, dalam mengisi kemerdekaan menyisakan kesedihan dan kepedihan bagi sebagian masyarakat yang merasa terdholimi.
Hal ini dikarenakan adanya kesenjangan, yang cukup lebar dan dalam. Kita tahu banyak rakyat yang senang, tetapi lebih banyak lagi rakyat yang belum merasakan arti nikmatnya kemerdekaan. Sebab proses kesempatan anak bangsa tidak proporsional, artinya kesempatan yang ada tidak sama antara orang yang sama pendidikan akademiknya, dikarenakan perbedaan, latar belakang keluarga dan ekonomi. Bagi orang yang tidak memiliki, kedekatan tertentu (kedekatan keluarga / kekerabatan), atau karena tidak memiliki banyak uang akan selalu tersisihkan. Dengan kata lain kesempatan anak bangsa yang proporsional, adalah adanya peluang yang sama antara si kaya dengan si miskin. Dalam menjadi abdi negara, baik itu orang yang mempunyai kedekatan keluarga / kekerabatan. Maupun orang yang tidak sama sekali, mempunyai hubungan keluarga / kerabat. Kalaupun ada yang miskin jadi abdi negara, hal itu-pun karena buah dari suatu produk pembiasan untuk dijadikan tameng / perisai KKMN.
Kalau kita pergi menyelusuri peloksok negeri ini, kita akan melihat masyarakat yang memakai baju lusuh. Juga masih banyak yang belum memakai pakaian, ini sama artinya boro-boro membangun rumah yang layak sesuai standar kesehatan. Apalagi membangun rumah gedong/ tembok beralaskan keramik, untuk makan sehari-hari saja-pun mereka harus mempertaruhkan hidup dan nyawa. Demi sesuap nasi atau sagu, karena kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan antar daerah tumbuhnya kurang merata.
Kenapa hal itu terjadi ? penulis pernah berdiskusi dengan para senior, yang pernah merasakan jadi Guru di negara tetangga Malaysia. Beliau menuturkan bahwa ketika awal mereka masuk ke Malaysia, jadi tenaga Guru yang diperbantukan Indonesia pada tahun 1958. Malaysia sangat jauh tertinggal dari Indonesia. Namun karena komitmen para pemimpin Negara Malaysia, mendudukan Pendidikan sebagai prioritas utama di atas Ekonomi dan Politik. Maka secara perlahan tapi pasti, dalam kurun waktu 10 tahun Malaysia sudah bisa mensejajarkan kehidupan ekonomi dan politik negaranya dengan Indonesia. Kenapa sekarang, kita tertinggal jauh dari Malaysia ? beliau menjawab dengan sederhana. Sebab para pemimpin kita, pada jaman Orde Baru ( 1966 1998 ) melakukan langkah politik yang salah. Yaitu menjadikan Ekonomi sebagai prioritas utama, di atas Pendidikan dan Politik sebagai arah kebijakan pembangunan nasionalnya.
Masihkah langkah kebijakan, yang salah diamini oleh para pemimpin berikutnya ? Penulis berpendapat pada masa kepemimpinan Gus Dur, sudah terlihat ada perubahan paradigma kebijakan pemerintah. Namun sayang, karena suhu politik lebih dominan. Dibanding suhu-suhu lainnya, kepemimpinan Gus Dur hanya seumur jagung.
Tanda-tanda perubahan dapat kita rasakan, dari adanya perhatian yang penuh terhadap dunia pendidikan. Seperti dirubahnya nilai penghargaan, terhadap jasa pengabdian guru/PNS dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. ( gaji pegawai negeri sipil dinaikan 100 % bahkan sudah berancang-ancang dinaikan menjadi 200-600 % dari gaji pokok sebelumnya ).
Dampak kebijakan, antara lain lunturna budaya KKMN (Korupsi, Kolusi, Manipulasi, dan Nepotisme) oleh nilai - nilai moral dalam diri birokrat ( pegawai negeri/pemerintah ). Seperti munculnya ketakutan, dalam diri birokrat bila melakukan tindakan KKMN. Hal ini dapat kita rasakan, dari tidak adanya rumor yang berkembang di masyarakat. Ketika ada penerimaan CPNS, harus ditebus oleh uang puluhan juta rupiah. Yang mana sebelum era kepemimpinan Gus Dur, aroma Rotten Money ini sangat kental dan terbuka.
Setelah jatuhnya kepemimpinan Gus Dur, dan diganti oleh kepemimpinan Mbak Mega. Pada tahun pertama kepemimpinan Mbak Mega, lunturna budaya KKMN oleh nilai-nilai moral dalam diri birokrat masih dapat dirasakan. Namun ketika menginjak pada tahun kedua, budaya KKMN mulai tumbuh kembali dan berlanjut sampai Pemilu 2004 digelar.
Kegagalan Mbak Mega, menjadi Presiden untuk kedua kalinya. Adalah bukti bahwa beliau, dinilai oleh rakyat telah gagal membawa peradaban bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Kemudian harapan perubahan, beralih kepada Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Dimana sebagai konsekuensi logisnya, SBY menjadi pemenang Pemilu 2004 sebagai Presiden. Padahal secara kasat mata, PDIP dalam Pemilu Legislatif 2004 jauh lebih unggul. Dari Partai Demokrat, dimana secara logika adalah mustahil Mbak Mega kalah oleh SBY.
Lalu sekarang pada pemerintahan SBY, apakah ada perubahan kearah yang lebih baik atau bahkan kembali kebelakang /seed back. Hal ini belum ada jawaban pasti, sebab bunga-bunga harapan yang ditebarkan SBY. Menuju Indonesia yang lebih baik, dan bermartabat masih terus digulirkan. Kami menunggu, dan masih tetap menunggu komitmen yang nyata. Tetapi yang jelas, sampai sekarang konflik kepentingan yang ujung-ujungnya KKMN masih tumbuh. Di hampir seluruh sektor / instansi, seperti jaring laba-laba yang sulit diporak porandakan. Termasuk, dalam penerimaan CPNS Tahun Anggaran 2005.
Kalau kita merenungi kemarahan alam, mungkin kita semua yang mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah yang Maha Pencipta. Diatas yang mempertahankan, cita-cita kemerdekaan (para pejuang kemerdekaan) di negeri ini. Dapat menilai, kemarahan alam adalah bentuk doa yang di ijabah. Dari orang-orang yang teraniaya, dimana hidupnya diselimuti oleh kesedihan dan kepedihan. Pertanyaanya, sudah sampai sejauh ini kah para pemimpin kita merenungi fenomena alam. Yang terjadi akhir-akhir ini ? wallahualam, sebab mereka sendirilah yang tahu jawabannya.
Kami selaku Guru Bantu, hanya bisa berharap adanya pertolongan, rahmat, ridho, serta inayah Allah SWT. Sadarlah wahai para abdi negara, dan ingatlah air mata dan tetesan darah para pejuang kemerdekaan. Yang telah mendahului kita, sebab penulis yakin mereka (para pejuang kemerdekaan) tidak akan rela. Melihat kita sebagai penerus perjuangan, yang menikmati kemerdekaan direpublik ini. Mencabik-cabik nilai dari arti kemerdekaan, yang salah satunya adalah hak mendapat pekerjaan yang layak sesuai kemampuan. Bencana alam, yang terjadi dimana-mana dan menimpa negeri kita. Mungkin adalah buah, dari apa yang telah diperbuat. Orang lain makan bangkainya, kita kena baunya. Wallahualam bisowab.
Penulis adalah Pengurus Pimpinan Cabang GP Ansor dan FKGBI KabupatenKuningan, GB SMPN 2 Cilimus tinggal di Dusun Wage RT.20/07 Desa Bojong Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 comments:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Waskita™ - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger