Pencarian Untuk Blog Ini

Home » » KKM SISWA DAN AGEN PEMBELAJARAN

KKM SISWA DAN AGEN PEMBELAJARAN

Oleh : Drs. Asep Saepullah

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial mendorong manusia ingin dihargai oleh sesamanya. Setiap orang memerlukan penghargaan dari orang lain. Pembentukan konsep diri berasal dari pandangan orang lain terhadap dirinya. Citra diri bersumber dari bagaimana orang lain melihat dirinya. Dari hubungan yang saling menghargai akan terbentuk harga diri seseorang. Siapapun orangnya, apapun kedudukannya, ia butuh dihargai keberadaannya. ( Abdullah dkk ; 2010 : 4 )
Dalam hubungan dengan sesama tersebut terjadi interaksi saling mempengaruhi, saling mengubah, dan saling memperbaiki. Saat anak-anak telah memasuki masa remaja, rasa social berkembang pesat. Keinginan untuk selalu bersama teman sangat kuat. Kebersamaan dengan teman sebaya merupakan situasi yang sangat nyaman buat remaja. Anak mulai menjalin hubungan khusus dengan teman sebaya. Ia mengenal sahabat, sahabat karib, dan teman-teman dekat lainya yang menunjukan kedekatannya dengan orang lain.
Kalau kita lihat dari karakteristik perkembangan fisik/jasmani, menurut Mulyani Sumantri (2007 : 4.3) pada usia SLTP/SMP yaitu usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badan anak wanita lebih cepat dibandingkan anak laki-laki tetapi pada usia 14-15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya. Oleh karena itu, pada usia sekolah menengah pertama ini dalam diri siswa akan mengalami suasana hati yang semula riang gembira bisa secara mendadak berubah menjadi rasa sedih. Jika hal ini terjadi, dan pendidik tidak peka terhadap kondisi seperti ini, bisa jadi kita memberikan respons yang dapat menghambat perkembangan siswa tersebut.
Remaja Awal dan Masalahnya
Pada jenjang anak usia remaja awal, yaitu dimana perkembangan fisik/jasmani sudah mulai terbentuk organ-organ manusia dewasa banyak dijumpai aneka ragam sikap yang kadang kadang kita sebagai manusia dewasa dibuat tidak berdaya untuk mengatasinya. Anak yang tidak terkendala oleh pengaruh perkembangan fisik/jasmani biasanya akan tumbuh menjadi seperti manusia dewasa, akan tetapi jika mereka terkendala oleh pengaruh perkembangan fisik/jasmaninya perlu mendapat penanganan khusus. Sebab menurut Abdullah (2010 : 19 ) pada usia remaja awal hubungan teman sebaya mempunyai arti penting, dimana kadang-kadang teman sebaya lebih penting dari pada orang tuanya sendiri. Dampak dari keadaan ini berpengaruh pada sikap dan perilaku anak didik di sekolah baik dalam pergaulan/ bersosialisasi maupun dalam proses belajar mengajar, terutama di dalam pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan lembaga pendidikan/institusi sekolah.
Tilik Prestasi dalam Blunder
Memang ada banyak metode pembelajaran yang dapat kita lakukan dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal, akan tetapi disisi lain waktu mengikat itu semua. Tidak sedikit upaya yang dapat dilakukan namun kesempatan itu sirna ditelan masa.
Sebagai bahan pokok kajian dapat dilihat dari 3 sampel kelas VIII (delapan) dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 76 untuk mata pelajaran IPS Terpadu.
Daftar hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2011/2012
NO NAMA KELAS PEROLEHAN NILAI JUMLAH
100 s.d 76 75 s.d 60 59 s.d 10
1 VIII (Delapan) A 7 siswa 17 siswa 17 siswa 41 siswa
2 VIII (Delapan) B 9 siswa 9 siswa 23 siswa 41 siswa
3 VIII (Delapan) C 2 siswa 8 siswa 31 siswa 41 siswa
JUMLAH 18 siswa 34 siswa 71 siswa 123 siswa
Daftar hasil Ulangan Tengah Semester (UTS)
Tahun Pelajaran 2011/2012
NO NAMA KELAS PEROLEHAN NILAI JUMLAH
100 s.d 76 75 s.d 60 59 s.d 10
1 VIII (Delapan) A 20 siswa 9 siswa 12 siswa 41 siswa
2 VIII (Delapan) B 10 siswa 15 siswa 16 siswa 41 siswa
3 VIII (Delapan) C 20 siswa 11 siswa 10 siswa 41 siswa
JUMLAH 50 siswa 35 siswa 38 siswa 123 siswa
Ditilik dari hasil ulangan di atas, kita dapat menelaah bahwa tidak semua siswa yang memiliki nilai rendah pada ulangan akhir semester ganjil selalu mendapatkan nilai rendah pada ulangan tengah semester. Hal ini sebagai indikasi adanya peningkatan minat belajar siswa terhadap materi yang dipelajari pada semester genap. Dimana hal ini menurut Lonnerberg dalam Papalia dan Olds ( 1992 : 10) yang disitir Abdullah 4.16 tidak terlepas dari 3 (tiga) factor dominan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian yang digambarkan secara fungsional sebagai berikut
P = f (H, E, T)
Keterangan :
P adalah person yaitu perilaku atau pribadi anak sekolah menengah sebagai perwujudan dari perkembangan.
f adalah fungsi dari H = Heridity atau pembawaan, E = Environment yaitu lingkungan sekitar individu, dan T = Time yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan.
Bertolak dari gambaran di atas bahwa keterikatan hidup siswa dengan hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh teman sebaya atau kelompoknya (lingkungan sekitar individu). Contoh konkrit dari adanya kebiasaan belajar kelompok Tuti, Utin, Mila dan teman-temannya, dimana sebelum mereka mengadakan belajar kelompok ada diantara temannya yang nilainya diantara 59 s.d 10 meningkat masuk di kategori nilai 100 s.d 76. Oleh karena itu Conger dalam Abin Syamsudin M, (1996:91) menyebutkan pada masa sekolah menengah ini merupakan masa krisis yang disebut the best of time atau the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integrative, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasa. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada krisis iidentitas (identity crisis) yang berkepanjangan.
Ada realita yang menggelitiik penulis kaitannya dengan fakta di atas, yaitu ketika ada tuntutan sistemik yang mengarah pada pemanipulasian fakta dimana guru sebagai agen of teaching dituntut mengkatrol nilai agar siswa yang berkemampuan rendah sejajar dengan teman sebaya yang berkemampun tinggi karena faktor bawaan. Yang mana seharusnya tidak boleh terjadi, karena secara psikologis akan berdampak pada mental individu siswa dan guru. Fenomena ini bisa kita lihat dari munculnya sikap atau perilaku seperti ;
1. Anak/siswa yang berkemampuan tinggi, minat belajarnnya menjadi rendah sebab mereka tahu hasil kerja kerasnya dalam belajar disejajarkan atau sama saja dengan temannya yang berkemampuan rendah.
2. Anak/siswa yang berkemampuan rendah, akan merasa nyaman dengan kemampuan yang mereka miliki sebab tanpa kerja keras nilainya sejajar dengan teman sebayanya yang berkemampuan tinggi.
3. Guru yang kurang memiliki kemauan profesi akan merasa bahwa aktifitas dirinya selama menjadi guru sudah mumpuni dan menganggap tidak ada masalah dengan keprofesiannya.
Demikian yang dapat penulis paparkan, dengan harapan bisa menambah wawasan bagi guru untuk memahami perilaku siswanya. Karena perkembangan perilaku dan pribadi siswa dan guru merupakan perwujudan pengaruh dari factor dominan, yaitu factor bawaan, kematangan dari ketiga factor lingkungan termasuk belajar dan latihan.. ketiga factor tersebut berpengaruh terhadap siswa secara khas dan bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan atau menghambat laju proses perkembangan.
Daftar Pustaka:
Abdullah, 2010. Bimbingan Konseling untuk SMP/MTs. CV Pustaka Manggala
Djaman Satori, dkk. Profesi Keguruan. Universitas Terbuka
I.G.A.K Wardani, dkk. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Universitas Terbuka
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2007. Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka
Tim Sosiologi, 2003. Sosiologi, suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudistira.
Penulis : Guru SMPN 1 Cigandamekar Kec. Cigandamekar Kab. Kuningan
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 comments:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Waskita™ - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger